Langsung ke konten utama

Kuliah di Program Studi Sastra Arab UNS

 

Kuliah di Program Studi Sastra Arab UNS

 

Memasuki awal dunia perkuliahan di program studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret merupakan salah satu perjalanan yang penuh dengan warna dalam hidup saya. Sejak hari pertama saya menginjakkan kaki di Fakultas Ilmu Budaya UNS, dalam diri saya, saya merasakan suasana akademik yang begitu kuat. Gedung-gedung berwarna biru dan putih dengan arsitektur yang kokoh bersatu dengan lingkungan kampus yang asri, menciptakan suasana lingkungan kampus yang nyaman dan tentram.

Semester awal menjadi masa adaptasi bagi saya di program studi Sastra Arab ini. Saya dipertemukan dengan mata kuliah dasar bahasa Arab seperti sharaf dan nahwu. Tetapi saya tidak terlalu begitu kaget dengan mata kuliah dasar-dasar ini, karena background saya sebelumnya pernah belajar di salah satu pondok pesantren modern di Jawa Tengah. Namun, belajar bahasa Arab di program studi Sastra Arab ini sedikit berbeda dengan pembelajaran di pondok saya waktu itu. Karena disini kita belajar bahasa Arab dengan istilah-istilah bahasa Indonesia, berbeda jauh dengan pembelajaran ketika saya di pondok pesantren waktu itu yang langsung berbahasa Arab. Tetapi, berkat bimbingan dosen yang sabar dan sistem pembelajaran yang terstruktur, saya mulai memahami materi yang diajarkan melalui metode pembelajaran yang berbeda ini.

Memasuki semester kedua, tingkat kesulitan pembelajaran semakin meningkat. Kami mulai mempelajari keterampilan dalam berbicara bahasa Arab dan keterampilan membaca bahasa Arab. Saya masih ingat bagaimana saya diberikan tugas untuk menghafal tiga lagu kebangsaan negara-negara Arab, dan tidak hanya menghafalkannya saja, tapi juga menyanyikannya di depan kelas untuk mendapatkan nilai ujian akhir semester di mata kuliah Istima’ II. Kami dilatih untuk percaya diri di depan khalayak ramai.

Memasuki semester ketiga, di sini, kami mulai mempelajari tingkatan-tingkatan terakhir mata kuliah dasar. Seperti shorof III, nahwu III, insya’ III, muhadatsah III,muthala’ah III, dan lain-lainnya. Saya tidak akan pernah lupa, di semester ketiga ini ada satu mata kuliah yang mengharuskan kami untuk membuat karya sastra seperti novel atau kisah nyata. Tidak hanya mengetiknya saja di laptop kami, tetapi juga harus di bukukan dan dikumpulkan untuk mendapatkan nilai ujian akhir semester. Mata kuliah yang seru ini adalah pengantar ilmu sastra yang diampu oleh bapak kepala program studi Sastra Arab 2024-2029 yaitu bapak Dr. Reza Sukma Nugraha, M.Hum.

Setelah menjalani tiga semester awal, yang dipenuhi dengan perkenalan terhadap bahasa Arab, sastra, shorof, nahwu, dan lain-lainnya, kini saatnya untuk melangkah lebih jauh untuk mendalami mata kuliah yang ada di semester keempat ini. Jadwal perkuliahan di semester keempat ini terbilang cukup padat. Setiap pekannya, kami diharuskan datang di kelas tepat jam 07:30 WIB, dan untuk saya pribadi terdapat jadwal perkuliahan yang dimana satu hari itu saya harus mengambil empat mata kuliah tanpa jeda, yang salah satunya adalah mata kuliah atas. Kami mengikuti berbagai mata kuliah yang semakin menantang dan mendalam. Salah satu mata kuliah yang menurut saya menantang adalah Al Khitabah. Di mata kuliah ini, kami tidak hanya belajar teori bagaimana kami bisa berkhitabah dengan baik dan benar, tetapi juga bagaimana kami bisa mengaplikasikan teori yang diajarkan dengan praktek langsung di depan teman-teman kita sekelas. Hal ini mengasah kemampuan kita dalam berbicara bahasa Arab dan kepercayaan diri kita di depan umum.

Di semester keempat ini pula, kita diperkenalkan dengan empat mainstream utama di program studi Sastra Arab. Keempat mainstream itu adalah penerjemahan, kebudayaan timur Tengah, linguistic, dan sastra. Keempat mainstream ini diperkenalkan di semester keempat ini agar di semester selanjutnya kita bisa memilih mana yang sekiranya cocok dengan tujuan kita. Keempat mainstream ini mengarahkan kita, kemana arah judul skripsi kita nantinya.

Selain kegiatan akademik yang ada di program studi Sastra Arab, adapula himpunan mahasiswa program studi yang terkhusus untuk mahasiswa Sastra Arab, yaitu QIS’AR (Qismu Al-Adab Al-Arabiy). Kebetulan, saya juga aktif mengikuti organisasi QIS’AR ini sebagai staff anggota minat dan bakat. QIS’AR juga memiliki event nasional yang diselenggarakan setiap tahunnya, yaitu Arabic Festival atau yang biasa disingkat dengan AF. AF (Arabic Festival) sendiri, memiliki berbagai cabang perlombaan, ada khitabah untuk SMA sederajat, khitabah dan qiraatus syi’ir untuk mahasiswa, dan kaligrafi, esai, hadrah untuk umum. Di hari-hari perlombaan, juga terdapat tenant-tenant yang menarik untuk dilihat bagi peserta dan tamu undangan.

Mikat Qis'ar periode 2025


Fasilitas pembelajaran akademis di Sastra Arab Universitas Sebelas Maret sangat mendukung proses belajar kami. Terdapat koleksi buku-buku bahasa Arab hingga karya sastra yang terdapat pada etalase fakultas dan kantor program studi Sastra Arab. Serta kondisi ruangan kelas yang memadai untuk kami belajar di program studi Sastra Arab ini. Namun, kekurangan yang ada pada program studi Sastra Arab ini adalah tidak adanya ruang multimedia yang memungkinkan kami untuk mengaksesnya sewaktu-waktu untuk mencari berbagai sumber bahan belajar digital dan berlatih pengucapan bahasa Arab.

Para dosen di Sastra Arab UNS tidak hanya mengajar saja, tetapi juga menjadi pembimbing kami dalam mengembangkan potensi diri kami secara akademik. Mereka selalu terbuka untuk berdiskusi di luar jam kuliah dan memberikan masukan yang berharga untuk kemajuan studi kami. Beberapa dosen bahkan pernah menempuh pendidikan di luar negeri, yang tepatnya di negara-negara Arab, sehingga bisa berbagi pengalaman langsung tentang bahasa dan budaya Arab.

Empat semester pertama di Sastra Arab UNS telah memberikan saya banyak pelajaran berharga. Tidak hanya tentang bahasa Arab dan Satra Arab, tetapi juga tentang kerja keras, kedisiplinan, dan membangun ikatan yang baik dengan sesama. Meskipun merasa sedikit lelah dan kesulitan, saya bersyukur bisa menempuh pendidikan di program studi Sastra Arab ini.

Saya yakin bahwa empat semester pertama ini akan menjadi pondasi yang kuat dan sangat bermanfaat untuk semester-semester berikutnya. Kemampuan bahasa Arab yang semakin meningkat, pemahaman budaya Arab yang semakin luas, dan pertemanan yang solid, membuat saya optimis untuk menghadapi semester-semester selanjutnya.

Perjalanan mencari ilmu di program studi Sastra Arab UNS memang tidak selalu berjalan mulus, tetapi setiap rintangan yang dihadapi akan selalu memberikan pembelajaran yang berharga. Saya pribadi dan teman-teman berharap bisa terus mengembangkan diri dan memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan kami belajar di program studi Sastra Arab ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Feature Perjalanan Menyambut Fajar di Bukit Cilenguk PB X: Menatap Gagahnya Merapi

    Masih dini hari ketika saya mulai memanaskan motor di halaman kos. Jam belum menunjukkan pukul empat pagi. Udara Solo terasa lebih dingin dari biasanya, dan jalanan masih nyaris kosong. Dengan jaket tebal dan ransel kecil di punggung, saya dan teman saya bersiap menjemput teman di Kartasura sebelum melanjutkan perjalanan menuju Bukit Cilenguk di Selo, Boyolali, tempat yang kami rencanakan secara mendadak untuk dikunjungi.      Perjalanan ke Kartasura memakan waktu sekitar 30 menit. Udara subuh terasa menusuk kulit, dan hanya beberapa kendaraan saja yang lalu lalang. Sesampainya di wisma teman, kami sempat salat Subuh terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Suasana masih tenang, hanya suara motor kami yang memecah keheningan pagi itu.      Dari Kartasura, kami menyusuri jalan ke arah barat. Seiring waktu, langit perlahan menunjukkan cahayanya. Kami melaju melewati jalanan berkelok yang mulai menanjak, dikelilingi pepohonan dan ladang-...

Kehidupan Mahasiswa Indonesia di Luar Negeri (Jordan, Mesir, dan Yaman)

  Wawancara ini berkaitan dengan tiga mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan jenjang atas di luar negeri, tepatnya di Mesir, Jordan dan Yaman. Dalam wawancara ini saya ingin mengetahui lebih dalam bagaimana mereka bertiga yakni saudara Fakhri, saudara Haikal, dan saudara Najib menjalani kesehariannya di negara masing-masing. Menariknya wawancara ini yaitu memfokuskan ke dalam tiga aspek pembahasan yang berbeda, yaitu saudara Fakhri yang sekarang menempuh studi di University of Jordan fokus kepada kehidupan sosial dan budaya di Jordan. Saudara Haikal yang menempuh studi di Universitas Al-Azhar Mesir berfokus ke dalam kehidupan akademik di kampus. Yang terakhir saudara Najib yang menempuh studi di University of Science & Technology berfokus dalam kehidupan sehari-hari dan finansial di Yaman.   1.       Mengapa Anda memilih kuliah di luar negeri dan bagaimana proses Anda sampai bisa berkuliah di sana?   Fakhri (Jordan) "Nomor satu, y...